Jumat, 15 Februari 2019

Wireless Charging - Teknologi Masif yang Sedang Hype

"Apa itu Wireless Charging?"

"Apa kelebihan dari Wireless Charging?"

"Hmm kok bisa gitu sih? padahal gak pake colokan.."

Banyak pertanyaan yang muncul dalam benak masyarakat umum, khususnya di indonesia.


 Dimana masyarakat indonesia termasuk dalam 5 negara pengguna smartphone terbanyak di dunia, dengan perkiraan penggunaan telepon genggam sebanyak 236 juta unit.

Jumlah diperkirakan akan terus bertambah mengingat tidak adanya pembatasan usia ataupun jumlah kepemilikan yang mengatur tentang kepemilikan dan penggunaan telepon genggam di Indonesia.

Apa itu Wireless Charging ??


   Wireless Charging merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk pengisian ulang daya baterai tanpa kabel. Tidak ada lagi kabel yang dicolokan dari sumber listrik ke smartphone.Teknologi wireless charging ini umumnya dapat ditemukan pada tipe-tipe smartphone high-end (hp canggih di era millenial) dan berkategori premium.


      Untuk nama wireless charging sendiri sebenarnya bukanlah hal yang baru.Smartphone Palm Pre yang diluncurkan pada tahun 2009 sudah menyediakan opsi wireless charging. Tetapi hingga sekarang faktanya masih jarang smartphone yang menawarkan charger nirkabel.

        Beberapa kalangan menilai bahwa fasilitas wireless charging pada smartphone di nilai kurang menarik. Faktanya sekarang perusahaan besar sekaliber Intel ternyata sedang mengembangkan sebuah ekosistem wireless charging. Intel berencana mengintegrasikan solusi wireless charging pada notebook , ultrabook, PC desktop, dan lainnya sehingga penggunanantinya dapat mengisi ulang baterai smartphone mereka dengan hanya mendekatkannya ke PC atau notebook yang sedang dipakai. Cukup membantu bukan? teknologi ini sangat membantu para pekerja cepat dengan tingkat kenyamanan dan kemudahan yang ditawarkan.

Bagaimana Cara Wireless Charging ??



         Teknologi yang digunakan oleh wireless charging pada dasarnya bukanlah sebuah temuan yang baru. Teknologi tersebut sama dengan yang digunakan pada dinamo pembangkit listrik atau transformator penaik/penurun pada tegangan.

          Semua perangkat yang menggunakan teknologi wireless charging pada dasarnya sama-sama menggunakan hukum Fisika,yaitu bila suatu kumparan kawat dialiri listrik maka akan timbul sebuah medan magnet. Sebaliknya, bila suatu kumparan dikenai dengan medan magnet,maka akan timbul aliran listrik pada kawat kumparan. Dengan cara yang sama, charger yang berupa kumparan dialiri listrik. Sehingga timbul medan magnet di sekitarnya. Medan magnet inimengenai kumparan yang telah dipasang di bagian belakang smartphone. Maka pada kumparan di smartphone timbul arus listrik yang seterusnya digunakan untuk mengisi baterai.

            Perbedaan jarak antara kumparan pada charger (transceiver) dan pada smartphone (receiver) harus sedekat mungkin. Makin jauh jaraknya, maka makin kecil aliran listrik yangditimbulkan pada kumparan di smartphone. Untungnya kini para peneliti di MIT pada tahun2006 yang lalu telah menemukan sebuah teknik resonansi sehingga jarak antara transceiver dan receiver bisa lebih jauh dibandingkan dengan induksi biasa. Mereka berhasil memisahkan ke dua kumparan tersebut sejauh beberapa meter.

            Untuk dapat menggunakan teknologi wireless charging sudah barang tentu peranti-peranti yang menggunakan teknologi ini seharusnya saling kompatibel satu sama lain, sehingga penerapannya bisa lebih luas. Untuk itulah para vendor yang bekepentingan dengan wireless charging telah membentuk konsorsium yaitu WPC.Kini anggotanya sudah mencapai 120 perusahaan. Hasilnya adalah standar Qi (dibaca chi, yang berasal dari Bahasa Cina yang berartienergi).

            Sejak tahun 2009 WPC telah menyertifikasi produk yang memenuhi standar Qi. Produktersebut tidak terbatas pada perangkat charger untuk smartphone. Pada awal September 2012 lalu WPC mengumumkan telah mensertifikasi 110 produk konsumer mulai dari smartphone,charging pad,game controller, perekam Blu-ray Disc, charger telepon untuk mobil, jam, sampai modul charger yang dapat dipasang di meja dan furnitur lainnya. Di antara smartphone yang disertifikasi antara lain LG Optimus LTE2 dan Panasonic Eluga. Dari peranti-peranti yang telah disertifikasi selama ini, menurut WPC, kini sudah terdapat 8,5 juta unit peranti yang dipakai (installed base) di seluruh dunia.

            Sebuah peranti yang bersertifikat Qi dapat di-charge dengan menempatkannya di bantalan charger berlogo Qi baik itu di kafe, restoran, bandara, di dalam mobil, rumah, kantor,dan tempat-tempat lainnya di seluruh dunia. Jadi fasilitas wireless charging pada smartphone akan lebih menarik bila peranti charging-nya sudah banyak tersedia di berbagai tempat, termasukdi dalam kendaraan pribadi, dengan hanya meletakkan smartphone di tempat botol minum didalam mobil untuk mengisi ulang baterai selama berkendara.


Kesimpulannya


            Dalam beberapa tahun kedepan, Qi charging station akan banyak sekali ada dimana-manaseperti halnya hotspot Wi-Fi. saat ini Qi sudah menjadi standar dan diterapkan di beberapa merk smartphone. Nantinya para pengguna dapat dengan mudah mengisi berbagai perangkatelektronik seperti ponsel, kamera digital, game controller, alat-alat listrik tanpa harus mencokokannya di charger bawaan.

Cara kerja dari induktif charging atau lebih dikenal sebagai wireless charging ini memiliki kekurangan antara lain sebagai berikut :
  1. Dapat menurunkan resiko terhadap listrik atau korsleting di saat penggunaan.
  2. Tidak terjadi korosi ketika semua perangkat elektronik tertutup.
  3. Memiliki keuntungan dari segi kenyamanan, karena dari pada harus menghubungkan kabellistrik, perangkat dapat ditempatkan pada stand/station


Selain kelebihan-kelabihan diatas, teknologi wireless charging ini juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain :
  1. Kelemahan utama dari pengisian induktif adalah efisiensi yang lebih rendah dan dapatmeningkatkan pemanasan antara dua perangkat dibandingkan dengan kontak langsung.
  2. Karena efisiensi yang lebih rendah, perangkat dapat memakan waktu lebih lama untuk melakukan pengisian dibandingkan dengan pengisian tradisional.
  3. Ketika terhubung ke kabel, perangkat mobile dapat bebas bergerak dan dioprasikan saat pengisian. Dalam beberapa implementasi dari pengisian induktif (seperti standar Qi), perangkatmobile harus dibiarkan pada pad, dan dengan demikian tidak dapat dipindahkan atau mudahdioprasikan saat pengisian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar